Wafi

tuhan, izinkan aku mengembara di atas sajadah panjangmu bercumbu dan mendekam dalam ayat-ayatmu berdiri tegak seperti alifmu. tuhan, biarkan aku berladang di atas hamparan sajadahmu melukis indonesiaku dengan wajah baru yang buram, mengisahkan para barisan depan yang angkuh dan serakah. tuhan, saat aku berlari dan berteriak berikan kekuatan untuk menerjang dan menghantam hingga anjing dan tikus yang mengotori ladangmu mampu kubungkam. tuhan, jika kelak aku kalah dalam pergulatan dan di hempaskan oleh keadaan izinkan aku tetap mendekam dalam ayat-ayatmu karena tak ada yang paling indah melain berdiri tegak seperti alifmu lantaran aku terlahir dari rahim ibuku yang hanya bisa mencintai namun tak bisa memiliki.

ketakutan itu datang menghampiri bersembunyi dalam tubuh dan urat nadi. rasanya tak kuasa untuk berdiri jika rasa takut menyelimuti hati. ahhh..., aku ingin tidur diantara siang dan malam mengubur semua harapan yang pernah aku dambakan. semua teori yangku pahami akhirnya terhempas, jika tidak pandai berenang dalam lumpur dan berkelahi. di mana aku harus mencari ruang-ruang keberanian? jikalau rasa takut sudah bersatu dalam ruang dan waktu. munkinkah aku masih bisa berdiri atas keberanianku sendiri? jikalau kata sudah sudah kehilangan makna. kepada siapa harus aku ceritakan ketakutan ini? jika keberanian sudah terkubur dalam perut bumi. ahhh..., biarlah aku tidur diantara rasa takutku dan bersatu dalam ruang yang penuh ketakutan itu.