Sunday, August 19, 2018

-AKU TAKUT KEHILANGAN IBU PERTIWI-

Aku Takut Kehilangan Ibu Pertiwi
Oleh: wafi

I
Kemanakah kaki akan ku ayunkan
Saat malam, tak lagi menjadi tempat pelabuhan
Bagi para penyair yang lelah di perjalanan.
II
Akhir-akhir ini
aku takut melangkah lebih jauh
Lantaran, kata-kata sudah kehilangan makna.
III
Biarlah aku terbakar
Terpasung
Dengan bahasa ibu yang membesarkanku.
IV
Mungkin aku takut dengan sepi
Tapi, aku labih takut lagi
Kehilangan ibu pertiwi.

Sunday, August 12, 2018

-POLITIK-


Tik.., tik..., politik
Buat orang jadi panik
Tik..., tik..., politik
Keadaan penuh polemik
Kawan jadi lawan
Lawan jadi kawan
Politik makin asik
Parlemen makin berisik.

Tik... Tik..., politik
Rakyat makin sakit
Tik..., tik..., politik
Keadaan makin rumit
Baik jadi jahat
Jahat jadi baik
Politik makin sakit
Rakyat makin menjerit.

Oleh : wafi
Pancoran 25-09-2018

Saturday, August 11, 2018

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Oleh :
W.S. Rendra



Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya :
“Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba.
Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari
matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.

Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

Jakarta 1 Desember 1977

SAJAK MATAHARI

SAJAK MATAHARI

Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahri adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi

Oleh :
W.S. Rendra

SAJAK ORANG MISKIN

SAJAK ORANG MISKIN

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang
selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Oleh: Ws Rendra

Wednesday, August 1, 2018

-ASMANI-

"Asmani"
Asmani..,
Tahukah engkau tentang kesepian?
Bagiku
Sepi itu seperti tempat pengasingan
Yang melahirkan kerinduan
Tentang masa lampau
Yang penuh dengan ketakutan.

Asmani...,
Tahukah engkau Tentang sunyi?
Bagiku
Sunyi itu seperti malam
Yang membawa alam fikiran pada keheningan
Dan mencoba menyeka kenangan
Meski menyakitkan.

Asmani..,
Jarak yang membuat semua begitu kaku
Jarak yang membuat semua begitu pilu
Jarak yang membuat semua begitu kelabu.

Asmani...,
Gerimis perlahan menghapus jejak kita
Sementara waktu tak membuat aku dewasa
Dan kenagan itu terbang entah kemana.

Menghadapi kenyataan tanpa masa depan

Kemana kaki akan diayunkan, Sementara malam tak lagi menjadi tempat persinggahan. Kemana kaki akan diarahkan, Saat kenyataan bersembunyi pad...