Posts

Showing posts from August, 2018

-AKU TAKUT KEHILANGAN IBU PERTIWI-

Image
Aku Takut Kehilangan Ibu Pertiwi Oleh: wafi I Kemanakah kaki akan ku ayunkan Saat malam, tak lagi menjadi tempat pelabuhan Bagi para penyair yang lelah di perjalanan. II Akhir-akhir ini aku takut melangkah lebih jauh Lantaran, kata-kata sudah kehilangan makna. III Biarlah aku terbakar Terpasung Dengan bahasa ibu yang membesarkanku. IV Mungkin aku takut dengan sepi Tapi, aku labih takut lagi Kehilangan ibu pertiwi.

-POLITIK-

Image
Tik.., tik..., politik Buat orang jadi panik Tik..., tik..., politik Keadaan penuh polemik Kawan jadi lawan Lawan jadi kawan Politik makin asik Parlemen makin berisik. Tik... Tik..., politik Rakyat makin sakit Tik..., tik..., politik Keadaan makin rumit Baik jadi jahat Jahat jadi baik Politik makin sakit Rakyat makin menjerit. Oleh : wafi Pancoran 25-09-2018

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

Image
SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA Oleh : W.S. Rendra Matahari terbit pagi ini mencium bau kencing orok di kaki langit, melihat kali coklat menjalar ke lautan, dan mendengar dengung lebah di dalam hutan. Lalu kini ia dua penggalah tingginya. Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan. Kita bertanya : Kenapa maksud baik tidak selalu berguna. Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga. Orang berkata “ Kami ada maksud baik “ Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?” Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina Ada yang bersenjata, ada yang terluka. Ada yang duduk, ada yang diduduki. Ada yang berlimpah, ada yang terkuras. Dan kita di sini bertanya : “Maksud baik saudara untuk siapa ? Saudara berdiri di pihak yang mana ?” Kenapa maksud baik dilakukan tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya. Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota. Perkebunan yang luas hanya menguntungkan segolongan kecil saja. Alat-alat kemajuan yang diim...

SAJAK MATAHARI

Image
Matahari bangkit dari sanubariku. Menyentuh permukaan samodra raya. Matahari keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala. Wajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin ! kakimu terbenam di dalam lumpur. Kamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah menanammu ! Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara, tubuh mereka terbalut lumpur dan kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahari. Mata mereka menyala tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar dunia. Matahri adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang Krishna. Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia ! Yogya, 5 Maret 1976 Potret Pembangunan dalam Puisi Oleh : W.S. Rendra

SAJAK ORANG MISKIN

Image
Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan. Angin membawa bau baju mereka. Rambut mereka melekat di bulan purnama. Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala, mengandung buah jalan raya. Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa. Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya. Tak bisa kamu abaikan. Bila kamu remehkan mereka, di jalan kamu akan diburu bayangan. Tidurmu akan penuh igauan, dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka. Jangan kamu bilang negara ini kaya karena orang-orang berkembang di kota dan di desa. Jangan kamu bilang dirimu kaya bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya. Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu. Dan perlu diusulkan agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda. Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa. Orang-orang miskin di jalan masuk ke dalam tidur malammu. Perempuan-perempuan bunga raya meny...

-ASMANI-

Image
"Asmani" Asmani.., Tahukah engkau tentang kesepian? Bagiku Sepi itu seperti tempat pengasingan Yang melahirkan kerinduan Tentang masa lampau Yang penuh dengan ketakutan. Asmani..., Tahukah engkau Tentang sunyi? Bagiku Sunyi itu seperti malam Yang membawa alam fikiran pada keheningan Dan mencoba menyeka kenangan Meski menyakitkan. Asmani.., Jarak yang membuat semua begitu kaku Jarak yang membuat semua begitu pilu Jarak yang membuat semua begitu kelabu. Asmani..., Gerimis perlahan menghapus jejak kita Sementara waktu tak membuat aku dewasa Dan kenagan itu terbang entah kemana.