KABUT HITAM

Waktu berjalan begitu cepat membawa pada perenungan panjang tentang kagagalanku dalam menjamahmu dengan perasaan. Aku masih ingat betul bagaimana kau berdebat dalam satu ruangan dengan bahasa yang menggebu-gebu melontaran kritik karena jalanya roda pemerintahan yang pincang. Jujur hingga saat inipun aku masih berharap suatu saat nanti keadaan mempertemukan kita tidak hanya sebatas wacana diskusi ataupun semacamnya namun keadaan mempertemukan lebih sebatas dari itu. 

Asmani kini namumu sering mengisi tulisan-tulisanku mulai dari puisi, cerpen, catatan harian, bahkan dalam ilusi sekalipun. Kira-kira bagaimana kabarmu hari ini, masihkah kau berbicara lantang dalam debat panjang tentang regulasi yang tidak memihak pada kaum marhein?.

Tahukah kamu asmani, jika akhir-akhir ini di meja perundingan hanya melahirkan kabut hitam dan penuh retorika untuk meninakbobokan rakyat. Kini di meja perundingan baru saja melahirkan suatu aturan yang tidak memihak pada rakyat. Wakil-wakil rakyat sudah anti kritik, rakyat yang berani berbicara lantang tentang jalanya roda pemerintahan yang pimpang semua dipidana sementara wakil rakyat yang terseret kasus korupsi kini semakin marak dan satu lagi korupsi kini tidak hanya terjadi di pusat melainkan sudah menjalar pada sel-sel pemerintahan yang paling bawah. 

sudah seharusnya kita meneropong kembali regulasi yang ada untuk membawa indonesia pada roda pemerintahan yang mampu menghadirkan kesejahteraan.

Asmani kini demokrasi hanya menjadi baju untuk menutupi keotoriteran para pempin-pemimpin kita. Asamani masih ingatkah kau dengan thesis Tan malaka yang isinya begini “ dalam masyarakat kapitalis, maka demokrasi hanya menjadi kedok untuk menutupi muka kediktatoran beberapa biji kapitalis atas seluruh rakyat.”  

keadaan benar-benar membuat alam fikiranku kacau entah bagaimana denganmu, semoga saja kau masih bersikap seperti dulu.  oh iya...., menurutku kini demokrasi di indonesia seperti gadis cantik yang diikat kedua kakinya. demokrasi tidak mampu mengaktualisasikan diri sebagai tempat persandingan keberagaman yang ada. Malah kini demokrasi terjebak pada sebuah rutinitas sirkulasi kekuasaan serta hanya melahirkan sebuah tata cara pemerintahan yang rumit tanpa melahirkan kesejahteraan umum. Begitulah salah satu poin yang tertuang di dalam manifesto nasional demokrat yang saya baca kemaren. manifesto tersebut semakin memantapkan hati saya bahwasanya demokrasi saat ini sudah mulai kehilangan arah. menurutmu bagaimana demokrasi saat ini asmanii? ahhh..., rasanya lama sekali kita tidak berdiskusi masalah konstalasi di indonesia.

hari ini langit begitu cerah membuat segalanya begitu indah hingga seringkali aku  menenggelamkan diri pada kerinduan serta kenangan yang sampai saat inipun masih di selimuti kabut hitam. jam menunjukkan angka sembilan namun alam fikiranku masih saja mengingatmu, tentang perawakanmu yang sederhana, tata bahasamu yang menggebu-gebu, serta kecintaanmu terhadap kemanusian.

Rasanya baru kemaren kita berada dalam satu organisasi mengarungi samudra yang penuh berbagai macam problem meski ujung-ujungnya kita berdiri tegak di tengah-tengah kekacauan dan membuat pening. Satu alasan inilah, mengapa sampai saat ini kau mesih memiliki tempat di hati saya yaitu “yang lebih penting adalah kejujuran dan kesucian hati, bukanya cara berpakaian dan tata sopan yang dibuat-buat. –GIE-.” namun aku melihatnya kini berbanding terbalik. sikap/prilaku baik dan pengorbanan yang diperlihatkan para barisan depan hanya bualan semata. mereka menutup-nutupi prilaku bejatnya dan mencoba menjadi hero cokro dengan janji-janji manisnya untuk mendapatkan simpati dari masyarakat.

“kring…, kring…, kring…,”
“assalamualaikm bung, bung ada di mana sekarang?.” Ternyata telephone dari bung andi sekaligus membuyarkan igau-anku.
“di rumah bung, ada apa ya?”
“oooooo.., tidak bung sekedar mengingatkan saja bahwa sekarang ada kumpul bersama anak-anak SMA sekaligus diskusi dan bedah buku."
“Addduh..,hampir saja lupa bung, oooo iya terimakasih ya sudah mengingatkan. saya langsung berangkat sekarang.”  namun igauan itu terus membayangiku meski aku berusaha melupakanya.

Comments

Popular posts from this blog

perkataan bijak soekarno

GERIMIS DAN MASA DEPAN