persimpangan
kala malam tiba
kalilawar langsat mencari makan
burung burung kembali keperaduan
akupun tertunduk kaku di antara persimpangan.
lalu berbaring di sela-sela laju kendaraan
dan terdengar anak-anak bernyanyi sambil menengadahkan tangan
serentak akupun bertanya, "mengapa adik tidak pergi belajar mengaji ke mesjid?"
"mesjid hanya untuk orang bersih dan suci, sedangkan untuk belajar mengaji hanya orang yang bisa bayar guru ngaji. sedangkan baju saya sudah satu bulan tidak dicuci, dan saya harus makan untuk bisa bertahan hidup."
dengan nada datar anak itu menjawabnya, lalu hilang di sela sela laju kendaraan.
akupun kembali berbaring dan menengadah ke langit
sedangkan fikiranku mulai tidak karuan,
sesaat aku melihat ibu-ibu berjalan tanpa sandal
memegang secarik kain sambil membersihkan kaca mobil yang lagi menunggu lampu hijau menyala.
aku bergegas bertanya "ibu mengapa masih di sini, tidak rindukah ibu pada keluarga dirumah yang sedang menunggu?"
"hahahaha...., mau pulang kemana orang seperti ibu ini nak. ibu hanya sebatang kara yang ditinggal pergi oleh suami menjadi TKI ke luar negeri dan dua puluh tahun tidak ada kabar.
sedangkan rumah peninggalan orang tua satu-satunya telah digusur oleh pemerintah katanya sih masuk area pengembangan dan perluasan jalan." lalu ibu tadi pergi kemobil warnah kuning untuk memberishkan kacanya.
akupun tertunduk lesu
dan mulai tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi di sekitarku ini.
sebegitu parahkah bergulatan hidup sekarang
hingga waktu istirahat dan bersimpuh pada tuhan telah dicuri oleh ganasnya keadaan
atau memang barisan depan sudah mengatur keadaan agar menjadi ganas?
entahlah...., aku memang benar-benar tidak paham
biar aku jalajahi ganasnya keadaan ini dan berdiskusi dengan alam
hingga aku mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Comments
Post a Comment